Thursday, February 23, 2012

Masih Adakah Pemuda Yang Seperti Ini ?


Seorang pemuda yang sedang dalam satu perjalanan jauh, merasa amat letih. Ia pun berhenti sejenak di suatu perkampungan dan melepaskan kudanya untuk mencari makan. Kudanya sangat kelaparan. kuda yang kelaparan tersebut menuju suatu kawasan ladang dan memakan tanaman yang ada di situ. tak lama kemudian, petani pemilik ladang tersebut kembali. Melihat tanamannya habis dimakan oleh kuda tersebut, petani itu marah lalu kemudian ia membunuh kuda yang memakan tanamannya.

mendaki-gunungSaat pemuda tadi terbangun, ia mencari kudanya. Setelah sekian lama mencari kudanya, akhirnya ia menemukan kudanya telah menjadi bangkai di sebuah ladang. Melihat kejadian itu, ia pun menjadi marah dan mencari pembunuh kudanya. Kemudian ia menemukan pembunuh kudanya di sebuah rumah. Lama terjadi perselisihan antara keduanya, pada perselisihan tersebut akhirnya petani tadi terbunuh.

Peristiwa tersebut diketahui oleh penduduk perkampungan tersebut. Lalu pemuda itu dibawa untuk menemui khalifah untuk diadili. Mengikuti hukum gisas, membunuh dihukum dengan dibunuh. Khalifah memerintahkan agar ia dipenjarakan sehari semalam sebelum ia dipancung pada pukul 5.00 keesokan petangnya. Pemuda itu membujuk agar ia diijinkan pulang terlebih dahulu untuk berjumpa dengan ibunya untuk menyelesaikan suatu urusan yang amat penting. Khalifah tidak mengijinkannya. Namun pemuda tersebut tidak menyerah dan terus membujuk sang khalifah, ia menyatakan memiliki tanggung jawab yang harus ia selesaikan sebelum ia dihukum. Ia berjanji akan segera kembali setelah urusannya selesai.

Khalifah meminta meminta pendapat ahli waris dari petani yang terbunuh. Anak petani tersebut tidak mengijinkan pemuda tersebut pergi karena ia tidak yakin bahwa nantinya pemuda tersebut akan datang kembali. Berkali kali pemuda tersebut merayu namun tak ada yang simpati padanya. Akhirnya munculah orang tua menghadap khalifah dan menyatakan bahwa ia sanggup menjadi tebusan agar memperbolehkan pemuda tersebut kembali kerumanya.

Orang tua tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Abu Zar, seorang sahabat Nabi yang banyak mengetahui hadist. Melihat apa yang terjadi, semua hadirin tercengang dan sebagian besar memarahi Abu Zar karena tindakannya membahayakan dirinya sendiri. Abu Zar berjanji untuk menjadi tebusan dan mengizinkan pemuda itu pulang untuk menyelesaikan masalahnya. Melihat kejadian ini, pemuda tersebut menjadi tenang dan berjanji bahwa ia akan segera kembali untuk dipancung ketika urusannya telah selesai.

Abu Zar paham akan resiko yang akan terjadi dan bisa saja membuatnya terbunuh. Ketika ditanyai oleh Khalifah mengapa ia sanggup menjadikan dirinya sebagai tebusan, Abu Zar menerangkan ia sangat malu melihat tak ada satu orang pun yang sanggup memberi bantuan ketika seorang pemuda asing tersebut dalam kesusahan. Pemuda tersebut diizinkan pulang sementara Abu Zar dikurung dalam penjara. Keesokan Harinya istana ramai oleh masyarakat yang datang untuk melihat keadaan.

Masyarakat banyak yang beranggapan Abu Zar akan dibunuh karena kemungkina bersar pemuda tersebut tidak akan datang menyerahkan dirinya untuk dipancung. Saat yang mendebarkan itupun datang kaena tdk lama lagi jam 5 petang, pemuda tersebut belum juga datang. Abu Zar dikeluarkan dari penjara. Karena pemuda tersebut tdk dapat menepati janji akan membuat nyawa Abu Zar melayang. Di saat-saat terakhir, terlihat seorang pemuda mengendarai kuda dengan sangat cepat. Ketika itu masyarakatpun menjadi reda. Tepat yang dijanjikan oleh pemuda tersebut datang pada pukul lima. Pemuda tersebut kemudian menghadap Khalifah seraya meminta maaf karena terlambat sehingga menyebabkan suasana menjadi tegang. Pemuda tersebut menerangkan bahwa ia seharusnya datang lebih awal namun di tengah perjalanan tali kudanya putus. Ia pun menerangkan ia harus menyelesaikan urusannya dulu dan terpaksa melepaskan tanggung jawabnya sebagai pengurus anak yatim dan menyerahkan tugas tersebut kepada ibunya. Pemuda tersebut kemudian menemui Abu Zar untuk mengucapkan Terimakasih. Setelah itu ia segera menuju ke tempat hukuman akan dijatuhkan. Ketika pengawal hendak mengayunkan pedangnya, tiba-tiba anak petani berteriak agar hukumannya dihentikan, dan dengan ikhlas ia memaafkan kesalahan pemuda tersebut. Mendengar kata-kata anak petani itu, pemuda itupun lega dan sujud syukur kepada Allah

1 comments:

Post a Comment